Pertama,
sebagai peneliti, saya merasa bersyukur diundang dalam RAT ke-22 BMT
Maslahah. Terima kasih kepada Bapak-bapak yang telah memberikan waktu
untuk bersilaturahmi dengan keluarga besar BMT Maslahah. Momen ini
sudah saya nantikan sejak tahun 2012 ketika pertama kali melakukan
penelitian di BMT Maslahah.
Kedua,
saya merasa terhormat diminta untuk memberikan testimoni mengenai
keberadaan BMT di Indonesia pada umumnya dan BMT Maslahah pada
khususnya karena saya merasa bukan siapa-siapa dan harus banyak
belajar dari bapak-bapak di BMT Maslahah ini. Saya lebih senang
menyebut (kalau diperbolehkan) sebagai alumni BMT MMU karena saya
mendapatkan gelar doktor dari Inggris karena melakukan penelitian di
sini. Bagi saya pribadi, kembali ke BMT ini sama seperti kembali ke
rumah; saya mendapatkan kehangatan yang sama ketika datang tahun
2012, Oktober 2019 dan saat ini. Terima kasih semuanya.
Ketiga,
saya ingin berbagi cerita mengenai mengapa saya tertarik melakukan
penelitian mengenai BMT. Berdasarkan literatur yang saya baca,
Islamic Microfinance
Institutions/BMT di Indonesia ini unik. Apakah di negara lain tidak
ada? Banyak… tapi justru semakin dipelajari, semakin menemukan
keunikan BMT ini.
Di
negara-negara Amerika Latin (seperti Mesiko, Brasil) dan Asia Selatan
(Pakistan dan Bangladesh dengan Muh. Yunus sebagai pemenang Nobel
dengan Bank Grameen), lembaga keuangan mikro (LKM) didirikan dan
didanai sepenuhnya oleh pemerintah atau lembaga donor (misalnya Bank
Dunia) sampai bertahun-tahun. Bagaimanapun juga, biaya operasional
menyelenggarakan LKM ini cukup tinggi, apalagi kalau nasabahnya
sedikit dan banyak tunggakan.
Namun,
mereka hanya bertahan paling lama 5-7 tahun, setelah itu
tutup/bankrut karena sudah tidak ada bantuan dana dari pemerintah
atau lembaga donor. Apa yang dilakukan adalah mengkonversi LKM ini
menjadi bank agar bisa mendapatkan dana dari masyarakat dan diawasi
oleh pemerintah, seperti OJK. Namun, mereka tidak lagi memiliki
kebebasan untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat golongan miskin
karena mensyaratkan adanya agunan dan administrasi yang rumit.
Di
sisi lain, BMT di Indonesia ini benar-benar tangguh. Pertama,
didirikan atas dasar kesadaran dari masyarakat, tanpa didanai oleh
pemerintah atau lembaga donor. BMT MMU ini dulumnya memulai dengan
mengumpulkan dana dari guru-guru hingga terkumpul 13,5 juta pada
tahun 1997. Memang sedikit kalau dilihat dari nilai sekarang. Kedua,
BMT beroperasi tanpa adanya pengawasan dari pemerintah seperti bank,
namun BMT justru tumbuh dan berkembang; baik dari sisi jumlah maupun
aset. Meskipun ada beberapa BMT yang akhirnya tutup, tapi secara
mayoritas masih tetap bertahan dan data yang ada di Pinbuk dan PBMT
tahun 2012 mengatakan bahwa jumlah BMT di Indonesia mencapai 4.000
lembaga. Dan jumlah ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan
LKM Islam terbesar di dunia.
Karena
itulah saya tertarik untuk meneliti, apa yang menyebabkan LKM ini
bisa bertahan dan berkembang? Dari penelitian yang saya lakukan di
BMT Maslahah ini, saya menyimpulkan bahwa nilai-nilai Islami yang
dibawa sejak di pesantren, bisnis di BMT yang dianggap sebagai media
dakwah, loyalitas terhadap pesantren Sidogiri, budaya yang ada di BMT
(misalnya menggunakan sarung, berdoa, kebersamaan), semuanya ini
adalah kekuatan yang luar biasa yang mendorong praktek tata kelola
yang baik di organisasi.
Tata
kelola inilah yang mendorong pertumbuhan organisasi. Kalau kita
bandingkan dengan organisasi yang telah establish seperti asuransi
Bumiputra dan Jiwasraya yang mengalami gagal bayar. Apakah mereka
tidak memiliki tata kelola yang baik? Mereka memiliki tata kelola,
namun mereka tidak memiliki nilai-nilai individual seperti yang
dimiliki oleh BMT Maslahah ini.
Ketika
ujian lisan untuk mendapatkan program doktor, saya diuji oleh seorang
profesor dari Turki dan beliau mengatakan bahwa BMT inilah yang
benar-benar mencerminkan LKM Islam yang seharusnya. Adanya
kepercayaan terhadap nasabah, produk yang ditawarkan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan yang lebih penting lagi, bahwa internalisasi
nilai-nilai Islami dalam setiap operasional perusahaan. Ini yang luar
biasa dan saya sampaikan ke mahasiswa di kelas bahwa jika anda mau
belajar tentang lembaga keuangan Islam yang seharusnya, maka
datanglah ke BMT Maslahan. Saya mohon doanya agar saya bisa
istikhomah melakukan penelitian BMT di Indonesia.
Saya
berharap bahwa BMT Maslahah ini akan tetap berkembang dan menjadi
panutan, menjadi contoh bagi LKM Islam di dunia.